Pulau Ciderawasih dalam Gendongan Ibu pertiwi



Asap lagi-lagi mengepul dimataku, memaksa alis bergoyang kebawah dan sekejap keatas. Jemari menyuap mulut dengan sebatang kenikmatan. Apa arti kenikmatan buat saya, kamu dan kalian akan berbeda? Karena otak kita tak memiliki kesamaan nutrisi. Hentak saja kubuang akan kesadaran, aku bukan seorang radikal bagi tubuhku dan tubuh yang lain. Entah kapan akan kutulis dengan huruf besar sebuah pesan yang kuakhiri dengan tanda seru yang menderukan semangat “JANGAN MATI SEBELUM IMPIAN TERGAPAI!”.
Salah satu stasiun televisi tanah air sedang memutar lagu tanah Papua..

Hee yamko rambe yamko aronawa kombe
Hee yamko rambe yamko aronawa kombe

Teemi nokibe kubano ko bombe ko

Yuma no bungo awe ade

Teemi nokibe kubano ko bombe ko

Yuma no bungo awe ade


lagu papua oh merdunya, serentak ku ingat seorang kawan anak manokwari sedang gelisah akan tanah lahirnya yang sedang berguncang, mengguncang tanah nusantara dengan tombak dan busur panah berbicara lantang. Wahai pulau cinderawasih, baikkah kau disana? Putra daerahmu kulihat gelisah akan kesakitanmu, dia gundah bercerita padaku. Dia melihatmu dari tiang-tiang yang berhubung kesini. Melalui mulut kawan disana dia mendengarmu dan surat kabar dia baca, dia khawatir tanah bermain akan luluh lantah berbalut lumpur darah. Di Televisi kamarku, mantan presiden Jusuf Kala membawakan sebuah kepedulian padamu, tanah papua. Seorang mantan tergerak untuk menimangmu, menenangkanmu dalam tangis kesakitan. Tergerak jemari ini menekan sebuah dua buah abjad yang tertata rapi. Dengan ini aku akan bercerita pada kawan-kawanku akan tanah kelarihan kawanku, tanah Papua.
Rambut ikal kusut dan kulit gelap legam, sangat mudah kuingat muka putramu. Sangat ramah dan mudah tersenyum pada mereka yang ditemui. Akan dibuatnya tertawa dan terhibur, sekarang dia sedang murung akan rumahnya. Saat itu dia seperti sedikit tersenyum dan sering mengernyitkan dahi. Tak mudah merubah wajah senyum menjadi murung seperti itu, masalah apa yang ia pikirkan hingga seperti itu? Seketika jawaban itu terucap, “aku baru saja membaca kabar rumah, tanahku papua, papua baik-baik saja”. sangat tenang, masih sempat dia menghiburku. Aku tahu betul tanah papua sedang bergolak. Televisi dan radio nasional sedang ramai membicarakan pulau cinderawasih. Pulau penuh harapan dan kehidupan, kau adalah ikon Nusantara, Negaraku Indonesia. Mereka yang berdasi dan besafari ikut sibuk menimangmu, aktifitasmu menjadi sampul depan surat kabar bulan kemarin dan bulan ini. Salam perpisahan mengakhiri pertemuan ini, kudapati dahi yang tertarik lagi. Entah kapan lagi kan kutemukan bocah ikal ini. Ibu pertiwi selalu menimangmu penuh kehangatan.

Kulambaikan tangan dan Selamat Berjuang Sodara-sodaraku..







God Bless Cenderawasih Island.
Wahyu aji sasongko, malang, 11 november 2011
Rumah Geje ART Work




its choise

Selalu ada dua pilihan, dua jalan untuk ditempuh, Yang satu mudah. Dan ganjaranya hanyalah bahwa pilihan itu mudah.
 
Jari tangan yang sangat manis untuk memuji diri sendiri. Semua akan berubah disaat kita bersedia beranjak, terlalu lama berfikir membuat kita lemah pada kehilangan waktu, yang pasti takkan mungkin kembali, begitu pula dengan apa yang terjadi di detik tadi lalu kemarin dekat dan kemarin jauh akan menjadi kenangan dan yakinlah semuanya takkan sia-sia.

tersenyumlah kawan! hmm..

Mau? Melangkahlah!..


Kamu belum selesai jika kamu kalah,
tapi kamu menyelesaikannya jika kamu berhenti!

Mempertanyakan arti kehadiranku sendiri.
Berjalan seiring-sejalan detik berputar. Kege-
lisahan, pergolakan dan keresahan saat banyak
mata tak sadar menyorot kehadiranku.
Apa yang sedang mereka lakukan adalah kesukaanku!

Untuk karyaku…
Untuk bangsaku…
Oh, tidak! karya ini hanya untukku saja..
Bangsaku sudah kaya..
Apa pedulinya pada jelata
Ku berjalan sendiri
Tanpa kawan bersama dan menanti..

Aku memiliki keberanian untuk menempuh resiko
yang menghadang kebahqagiaanku, semuanya atas takaranya sendiri.
Kalian berisik ku anggap tak lebih sekedar meng-
uap belaka. Akankah kalian ingin jadi hina untuk
perjalananku…

perjalanan panjangku! hmm..

Petiklah KISAH Dibalik Sebuah PELAJARAN

Hemzzz …



Intermezzo yang bagus bukan? …

Biarpun musim hujan tiba, bukit itu tetap saja kelihatan pelontosnya. nampak hanya beberapa pohon jenis akasia, semak belukar dan rumput liar yang bergerumbul tak rata. tak cukup mendinginkan bila mentari beranjak dan memanaskan saat bulan berkedip pada makhluk-Nya…
Ndak tahu apa yang dipikirkan pembalak liar itu! Perut, sebuah jawaban klise dan hampir usang dimakan jaman, huft …
Lagi-lagi Indonesia menangis meluapkan air mata yang buthek (keruh)..
“bukit, dulu kau tak begini? Kenapa bias begini? Siapa yang menganumu?” Tanyaku kebukit, lagi-lagi diam seribu bahasa, hihihihii …
Hijau dikejauhan namun gersang didepan mata, ingat aku masih kecil disaat ikut ayah bekerja, melihatmu aku sungguh bahagia. rambutmu yang panjang dengan mahkota indah bertahta berlian membuatku jatuh hati. “gombaalll” itu kata cewek sekarang…
Namun, semua itu tinggallah puing yang pak loak pun enggan memungutnya, tonggak-tonggak yang tak berdaya terlihat berdesakan menunggu antrian api dapur ...

*Berita Hari Ini*
“bencana banjir telah melanda kota ….. “
“longsor lereng bukit …. Menewaskan sekian korban luka-luka dan sekian korban meninggal”, salah siapa ini? Tanyaku dalam hati…
Hujan udah reda, mendung yang menggelayut dilangit berangsur pudar berganti biru nan cantik. “Indah pada waktunya”.hemmm ...
Lekas ku tinggalakan pondok reot disamping bukit itu, sebelum ku tinggalkan aku menitipkan pesan ke pondok lapuk, “pondok, tolong bilang ke bukit sebelahmu, bahwa dulu hingga sekarang aku, keluargaku bahkan nenek moyangku dulu menggantungkan kesehatan kami padanya! apapun yang tersisa sekarang tolong suruh pertahankan dengan baik! Maaf, aku berpesan padamu karena si bukit tak mau menemuiku”, sampai jumpa lagi …

“Cklak” terdengar benturan peralihan gigi mesin satu ke gigi dua menghentakkan kisah Indonesia yang sedang berelegi …
KUTEROBOS kubangan air dan KUTERJANG kabut yang beranjak menuruni bukit, “rumah, rumah dan rumah” itu tujuanku.
Aku yakin lambaian tangan bukit dan pondok menyertai perpisahan ini, dalam hati ku berpesan padamu bukit “benamkanlah akar rambutmu sedalam mungkin dan kami akan merawatmu".
Posisimu tak kan tergantikan oleh tabung-tabung gas yang dijual dilapak-lapak apotek, dirimu tetap menjadi jantung jagad ini…

"JiwA"

Tanah kita tanah surga, tongkat kayu jadi tanaman..
Sebuah petikan syair yang sangat bagus untuk sebuah negeriku tercinta, tanah air Indonesia…
Aku adalah seorang seniman, kerjaku hanya melukis dan mengkonsep irama warna untuk sebuah harapan kalian…
Setelah hamparan sawah yang loh jinawi tenteram dalam lanskap basuki abdulah, muncul seorang banyak seniman realism yang lebih akrab antara kanvas dan manusia: melihat sebuah kenyataan dengan perasaan (jiwa).
Tetapi apa gerangan yang disebut “jiwa”?
Sebenarnya kita tak tahu persis, kecuali bahwa itulah yang dipendam dalam kanvas-kanvas yang kemudian diberi cap” mooie indie”, “Hindia Molek”, yang diproduksi dan dikonsumsi kalangan atas di tahun 1930-an.
Seniman-seniman muncul dari gemuruh ini, bersama hasrat untuk tak terjepit dalam ketertiban klasifikasi dan tenggelam ke bawah hamparan sawah. Ia bicara tentang “jiwa” – dengan kata lain, tentang manusia, seperti chairil anwar mengucap “aku”.
Mungkin para perupa sekarang semakin menganggap “jiwa” atau ”subyektifitas”, bukan soal yang penting. Lagipula, seperti dikatakan diatas, antara “jiwa” yang Nampak di dalam kanvas dan diri yang menggerakkan kuas selamanya ada jurang pemisah. Makin diakui, si perupa selamanya setengah menghilang.
Seakan-akan kini orang sedang meneguhkan dalam karya seni rupa besar, sang seniman. hampir seperti sebuah jalur jalan yang menghancurkan dirinya sendiri dalam proses kreatif, agar karya itu muncul.

Desa Selimut Kabut


Desa Selimut Kabut
Embun berduyun-duyun menuju ujung daun menunggu sang surya berkedip. Dingin es menusuk serasa membekukan jantung.
Kuuuukuruuuyuuuuuuuuuuuk…….
“Panjang betul kokok pejantan itu” kataku dalam lemari es.
Bantal masih empuk, selimut terjaga kelembutannya memeluk tubuhku.
Desaku juga sedang gembira menyambut pagi,  begitu pula dengan embun…

“Le tangi le!” nada tenggelam ini adalah nenekku.
“iya, mak” sahutku sambil meraba sandal jepit…
Kutengok nenek sedang memasak nasi untuk sarapan pagi breakfast kata orang inggris…
Api ditungku sudah membara, beras pun sudah setengah matang. Kepulan asap menghitamkan sebagian atap dapur…

Sebuah proses kehidupan masih dimulai, bangun tidur dan bertindak diakhiri dengan tidur…
Kulihat nenek sungguh cekatan dalam mengolah makanan, tak ku lihat sedikitpun lelah dan kedinginan untuk sebuah harapan.

Desa selimut kabut terletak dibalik semak belukar yang hamper terlupakan keberadaannya…
Tungku nampak mengunyah kayu bakar dengan lahapnya, tungku sangat bersemangat untuk sebuah harapan pula, yaitu apa yang berada diatasnya menjadi matang…
“Pletaaak” suara ini tanda kayunya kering nak,
“ciiii iit” ini berarti kayunya basah, terang nenek…

Tak ayal kulihat tungku beberapa kali geram, maklum kayu yang dipakai masak pagi itu tak semuanya kering. Hujan semalam telah menetesi sebagian tumpukan kayu diteras belakang rumah…

Pfuuuuh …. Tiupanku tak berartia apa-apa, hanya sedikit api yang bergoyang. Dangdut kali Ha ha ha…

Allahuakbar allahuakbar dst (*dst gak sopan, ha ha ha …)
Panggilan Illahipun terkumandang menembus tembok rumah dan tebalnya daging meraih segumpal daging… sebuah kepercayaan dipertanyakan oleh-Nya!
“sembahyang kono nak!”
“iya mak”
Waktu subuhpun beranjak dan berlalu... kubereskan halaman, kuringkas ranting dan daun jati, kulipat lalu kumasukkan dalam tas punggungku...
Owachhh…..
Kabut kabut dan kabut… embun, kasian sekali kau menunggu lama, keikhlasanmu terasa dari jernihnya mukamu… tetesanmu menghentakkan daratan, kibasanmu menyapu rumahku. 30 menit lagi kau akan jatuh, akarpun akan berjingkrak kegirangan, anginpun berhembus penuh senyuman…

hidup dengan mengikutkan "seni"

Berbicara tentang seni ibarat mencari titik akhir pada sebuah lingkaran tidak akan ada habisnya. Seni merupakan modal dalam beraktivitas, tanpa seni suatu kegiatan akan terasa hambar karena tak ada proses merasakan dan menghayati didalamnya. Maka tak ayal orang yang telah berkecimpung dalam dunia seni akan melakukan sesuatu dengan penuh rasa yang tak hanya dari panca indra namun hati mereka ikut bermain dengan seni. Seorang pelukis akan merasakan karyanya ibarat istri sendiri bahkan bisa lebih dari itu, mereka berkarya menyampaikan pesan melalui visual, apa yang kita rasakan kita respon dengan panca idra dan masuk kejiwa dari jiwa dituangkan dalam bentuk visual dikanvas. Didalam jiwa tentunya melewati filter dan bumbu-bumbu dewa untuk nantinya menuangkan sebuah pesan dengan bahasa yang bisa ditelaah dan tentunya melalui media yang benar.

Dalam hidup kita tak boleh berdiam, diam artian tanpa ada perkembangan / stagnan yang hanya memiliki angan-angan tanpa ada harapan. Angan-angan adalah suatu keinginan yang mana hanya akan terwujud didalam khayalan semata, namun apabila ada suatu harapan tindakan menjaga merawat dan berusaha senantiasa ada.

Dalam hidup dipenuhi ribuan karakter yang berbeda satu dengan yang lain, sering terjadi gesekan-gesekan itu lumrah. Pengertian dan pemahaman diantaranya sangat perlu dimana ada pihak yang akan memberi kejelasan ataupun pengetahuan, pribahasa mengatakan dua gelas kosong yang dibenturkan akan berbunyi nyaring bahkan bisa pecah, bagaimana bila diisi air? Bunyi akan tenggelam oleh air, diolah oleh air dan ditenangkan kembali gelombang yang timbul, bila seorang memiliki wawasan memasak yang luas senantiasa dalam menemui kue yang dibuat anak SD sekalipun, dia akan masukkan kedalam mulut, dirasakan oleh indra perasa dikaji dengan pengetahuan memasaknya dan disinilah proses untuk mengatakan dan bersikap bijak ditunjukkan.


http://presidenpers.blogspot.com

EmoTion

Berjalanlah dengan menghadirkan emosi didalamnya, ada kerinduan untuk terulang dan kepuasan untuk selanjutnya. Kesadaran nilai “emosi” ini memiliki perbedaan dari sekedar, misalnya, rasa marah atau sedih, dalam praktek kehidupan sehari-hari. Dalam wawasan pertimbangan estetik (termasuk soal penciptaan dan apresiasi seni), ihwal “emosi” adalah sikap-sikap atau berbagai reaksi mengenal soal bagaimana dunia dipresentasikan sebagai “keberadaan hidup” dan bagaimana hal itu dibedakan satu sama lainya melalui berbagai representasi atau keterlibatan reaksi yang berbeda-beda. Dengan demikian, bagi wawasan estetik, setiap (peryataan) emosi akan selalu membutuhkan bayangan tentang dunia untuk dipresentasikan pada subyeknya dalam cara tertentu, salah satunya bagi seorang seniman adalah dengan mengadakan sebuah pameran .

"GERAK"

hidup itu penuh gerak, dalam gerak ada kehidupan... apa yang saudara pikirkan akan "GERAK"? masukan-masukan saudara akan penulis terima sebagai materi penyusunan konsep sebuah karya rupa.
terima kasih


penulis

HHC

bayang bayang panjang



Daun menatap seteLah hujan reda
Kemana perginya deru angin yang menyebarkan uap jerami dari Ladang Ladang terbuka
Sementara Laut hijau diceLah jari jari hari
Tiba tiba bangkit memancangkan tiang tiang diberanda rumah tinggaL

Barang kaLi dia kembaLi kepada ombak
Ibu kandung yang menyusui sampai dewasa
Kemudian menjadi badai yang bakaL menyinggahkan bayang bayang panjang disetiap pantai

Slamatan Hari Kelahiran (neton) Pada Masyarakat Jawa (malang selatan).

Masyarakat indonesia adalah masyarakat yang majemuk khususnya dalam hal budaya, banyak sekali budaya yang telah muncul dan berkembang hingga sekarang dan tak sedikit pula yang telah hilang ditelan jaman. Salah satu budaya yang masih exist adalah budaya selamatan pada masyarakat jawa. Terlebih selamatan hari kelahiran atau masyarakat jawa sering menyebutnya dengan ”netonan”.

Selamatan sendiri bermula dari kata selamet = selamat, bentuk ucapan syukur pada Yang Maha Kuasa. Sedangakan Netonan berasal dari kata neton atau netu=metu / keluar, jadilah istilah ini menjadi sebutan hari kelahiran sang jabang bayi. Selamatan ini dilakukan pada saat hari kelahiran itu tiba, bila masyarakat modern sering menyebutnya dengan hari ulang tahun.

Budaya netonan masih sering dijumpai di masyarakat pedalaman atau masyarakar pesisir, hal ini dikarenakan salah satunya dengan belum merambahnya modernisasi. Selain itu masyarakat jawa mayoritas masih mencampurkan budaya islam dengan budaya hindu. Hal ini diakulturasikan dalam selamatan disana tersirat sebuah bentuk persembahan kepada adam dan hawa serta dewi sri dan dewa bumi (bisa didengarkan disaat salah seorang tokoh menhaturkan sesaji itu). Pada netonan sendiri sesaji yang digunakan adalah segelas air kembang bisa 3 rupa, lima rupa dan tujuh rupa berjumlah ganjil, api arang serta kemenyan dan bubur dengan berbagai bentuk/warna berjumlah lima piring kecil. Arti dari lima bubur yang berbeda tersebut adalah jumlah hari dalam penanggalan suku jawa yaitu; pon, wage, kliwon, legi dan pahing.

Selamatan ini cukup dilakukan oleh satu orang saja, tata cara selamatan ini yaitu dengan meletakkan lima piring bubur diatas meja bersama dengan segelas air kembang selanjutnya kemenyan diletakkan di api arang, bersamaan pembakaran kemenyan sanak saudara dari sang bayi atau lebih sering bapak membacakan alfatiha dilanjutkan dengan surat-surat pendek dan setelah itu dibacakan do’a dalam bahasa jawa. ”Makanan bubur dan segelas air kembang tadi bisa dimakan hanya saja menunggu setelah kurang lebih 2-3 jam, hal ini ditujukan agar ada kesempatan menghisap sari dari makanan yang telah dipersembahkan tadi” kata seorang tokoh masyarakat setempat. Selamatan ini ditujukan untuk memperingati hari kelahiran atau neton sang anak, dengan harapan semoga hari-hari yang akan dilalui sang anak selanjutnya akan berjalan lancar sehat wal afiat dan tanpa godho rencono”atau halangan dan rintangan.

Seberapa urgent budaya ini terhadap kehidupan masyarakat tak lebih penting dibanding dengan selamatan orang meninggal / mati. Karena selamatan ini hanya diperingati cukup satu tahun sekali.

http://presidenpers.blogspot.com

Cinta ?

kenapa kita menutup mata ketika kita tidur?
ketika kita menangis?
ketika kita membayangkan?
itu karena hal terindah di dunia tdk terlihat

ketika kita menemukan seseorang yang
keunikannya sejalan dengan kita, kita bergabung
dengannya dan jatuh ke dalam suatu keanehan
serupa yang dinamakan cinta.

Ada hal2 yang tidak ingin kita lepaskan,
seseorang yang tidak ingin kita tinggalkan,
tapi melepaskan bukan akhir dari dunia,
melainkan suatu awal kehidupan baru,
kebahagiaan ada untuk mereka yang tersakiti,
mereka yang telah dan tengah mencari dan
mereka yang telah mencoba.
karena merekalah yang bisa menghargai betapa
pentingnya orang yang telah menyentuh kehidupan
mereka.

Cinta yang sebenarnya adalah ketika kamu
menitikan air mata dan masih peduli terhadapnya,
adalah ketika dia tidak memperdulikanmu dan
kamu masih menunggunya dengan setia.

Adalah ketika di mulai mencintai orang lain dan
kamu masih bisa tersenyum dan berkata
” aku turut berbahagia untukmu ”

Apabila cinta tidak bertemu bebaskan dirimu,
biarkan hatimu kembalike alam bebas lagi.
kau mungkin menyadari, bahwa kamu menemukan
cinta dan kehilangannya, tapi ketika cinta itu mati
kamu tidak perlu mati bersama cinta itu.

Orang yang bahagia bukanlah mereka yang selalu
mendapatkan keinginannya, melainkan mereka
yang tetap bangkit ketika mereka jatuh, entah
bagaimana dalam perjalanan kehidupan.
kamu belajar lebih banyak tentang dirimu sendiri
dan menyadari bahwa penyesalan tidak
seharusnya ada, cintamu akan tetap di hatinya
sebagai penghargaan abadi atas pilihan2 hidup
yang telah kau buat.

Teman sejati, mengerti ketika kamu berkata ” aku
lupa ….”
menunggu selamanya ketika kamu berkata ”
tunggu sebentar ”
tetap tinggal ketika kamu berkata ” tinggalkan aku
sendiri ”
membuka pintu meski kamu belum mengetuk dan
belum berkata ” bolehkah saya masuk ? ”
mencintai juga bukanlah bagaimana kamu
melupakan dia bila ia berbuat kesalahan,
melainkan bagaimana kamu memaafkan.

Bukanlah bagaimana kamu mendengarkan,
melainkan bagaimana kamu mengerti.
bukanlah apa yang kamu lihat, melainkan apa
yang kamu rasa,
bukanlah bagaimana kamu melepaskan melainkan
bagaimana kamu bertahan.

Mungkin akan tiba saatnya di mana kamu harus
berhenti mencintai seseorang, bukan karena orang
itu berhenti mencintai kita melainkan karena kita
menyadari bahwa orang iu akan lebih berbahagia
apabila kita melepaskannya.

kadangkala, orang yang paling mencintaimu adalah
orang yang tak pernah menyatakan cinta
kepadamu, karena takut kau berpaling dan
memberi jarak, dan bila suatu saat pergi, kau akan
menyadari bahwa dia adalah cinta yang tak kau
sadari