Desa Selimut Kabut


Desa Selimut Kabut
Embun berduyun-duyun menuju ujung daun menunggu sang surya berkedip. Dingin es menusuk serasa membekukan jantung.
Kuuuukuruuuyuuuuuuuuuuuk…….
“Panjang betul kokok pejantan itu” kataku dalam lemari es.
Bantal masih empuk, selimut terjaga kelembutannya memeluk tubuhku.
Desaku juga sedang gembira menyambut pagi,  begitu pula dengan embun…

“Le tangi le!” nada tenggelam ini adalah nenekku.
“iya, mak” sahutku sambil meraba sandal jepit…
Kutengok nenek sedang memasak nasi untuk sarapan pagi breakfast kata orang inggris…
Api ditungku sudah membara, beras pun sudah setengah matang. Kepulan asap menghitamkan sebagian atap dapur…

Sebuah proses kehidupan masih dimulai, bangun tidur dan bertindak diakhiri dengan tidur…
Kulihat nenek sungguh cekatan dalam mengolah makanan, tak ku lihat sedikitpun lelah dan kedinginan untuk sebuah harapan.

Desa selimut kabut terletak dibalik semak belukar yang hamper terlupakan keberadaannya…
Tungku nampak mengunyah kayu bakar dengan lahapnya, tungku sangat bersemangat untuk sebuah harapan pula, yaitu apa yang berada diatasnya menjadi matang…
“Pletaaak” suara ini tanda kayunya kering nak,
“ciiii iit” ini berarti kayunya basah, terang nenek…

Tak ayal kulihat tungku beberapa kali geram, maklum kayu yang dipakai masak pagi itu tak semuanya kering. Hujan semalam telah menetesi sebagian tumpukan kayu diteras belakang rumah…

Pfuuuuh …. Tiupanku tak berartia apa-apa, hanya sedikit api yang bergoyang. Dangdut kali Ha ha ha…

Allahuakbar allahuakbar dst (*dst gak sopan, ha ha ha …)
Panggilan Illahipun terkumandang menembus tembok rumah dan tebalnya daging meraih segumpal daging… sebuah kepercayaan dipertanyakan oleh-Nya!
“sembahyang kono nak!”
“iya mak”
Waktu subuhpun beranjak dan berlalu... kubereskan halaman, kuringkas ranting dan daun jati, kulipat lalu kumasukkan dalam tas punggungku...
Owachhh…..
Kabut kabut dan kabut… embun, kasian sekali kau menunggu lama, keikhlasanmu terasa dari jernihnya mukamu… tetesanmu menghentakkan daratan, kibasanmu menyapu rumahku. 30 menit lagi kau akan jatuh, akarpun akan berjingkrak kegirangan, anginpun berhembus penuh senyuman…

1 komentar:

Admin said...

mejeng ahh ... keep posting bro..
ane rindu ma gaya nulis n tema kyak gini .. lm dah g nulis ..

Post a Comment

penulis ucapkan terima kasih