Under Wear Exhibition, UKM Lentera


#TOR Pameran Minimaniez Art Space at Minimaniez Artsapce# 

Terdapat sebuah pemahaman, manusia terlahir dengan keterbatasan. Seribu satu keterbatasan itu kadang menjadi sebuah hambatan ketika kita ingin melakukan sesuatu baik secara individu (perorangan) atau bahkan tak jarang pula secara kelompok. Meskipun demikian sebenarnya manusia juga tidak sepenuhnya memiliki keterbatasan yang disugestikan pada dirinya sendiri. Sebuah pertanyaan sederhana, “apakah keterbatasan itu kita ciptakan ataukah memang bawaan dari lahir?” Akan timbul pro dan kontra saat kita menjawab pertanyaan itu, karena jawaban dari pertanyaan itu bersifat pribadi karena masing-masing dari kitalah yang mengetahui dan dapat menjawab apa yang ada pada diri kita.

Entah lingkungan sosial, tingkatan akademis, atau mentalitas seseorang hingga terciptanya sebuah batasan itu sendiri. Seperti sering kita dengar pernyataan saat seseorang yang bukan dari lingkungan sosial masyarakat seni yang dengan tidak disengaja berada disebuah lingkungan seni akan membatasi dirinya sendiri dengan sebuah pernyataan bahwa dia tidak bisa berkesenian. Sering pula kita melakukan hal-hal seperti itu ketika kita berada disebuah lingkungan sosial yang melakukan kegiatan diluar kegiatan yang kita lakukan.
Hal-hal yang ada diluar kebiasaan atau nalar kita terkadang muncul saat kita berada pada posisi under pressure (di bawah tekanan atau tertekan). Sesuatu di luar kebiasaan kita itu muncul begitu saja seperti layaknya kita telah akrab dengan hal atau kebiasaan tersebut. Dengan demikian masihkah kita dapat membuat sebuah pernyataan bahwa kita memiliki keterbatasan ataukah kita sengaja membatasi diri kita sendiri. Bahkan Einstein pernah membuat sebuah pernyataan bahwa dia hanya menggunakan kurang dari seperempat kemampuan otaknya untuk menjadi penemu rumusan pembuatan atom tanpa sebuah basic akademis.

Pada tema pameran senirupa “under pressure” kali ini semoga akan memuncul titik klimaks dari ketidak terbatasan sebuah keterbatasan kita sendiri, hingga akan muncul karya-karya yang maksimal dari pengerahan semua daya upaya dan potensi-potensi yang selama ini kita belenggu sendiri dengan sebuah kesadaran kita.


Reuni Akbar - Vila Batu, Malang
Oleh UKM Seni Rupa Lentera

UnderWear at Minimaniez

Judul: Kaki Empat
media : kertas
ukuran A4

bukit dan pucak


Bila yang tertulis untukmu adalah yang terbaik untukku, apakah itu sebuah pernyataan atau sebuah bualan? Hahaha… kalian boleh saj atertawa, tersenyum bahkan aku persilahkan untuk menjerit memekikkan kata-kata kotor. apa yang kalian katakana adalah iklan bagi tubuh kalian!
Menghargai sebuah kacamata dengan sebuah pensil jenaka menemani kehidupan kecilku, eh ada bapak menyembunyikan coklat buat anaknya yang sedang bermain lumpur.

Lumpur bercampur ingus yang jatuh dari hidung manisnya, lucu sekali bocah itu ketawa riang…
Kawaaaaaaaaaaaaaan, bisakah kita gembira kali ini?

Aku akan berjalan sendiri, dengan telinga tuli kaki tertatih mengais teralis pinggir jalan, apakah baju lusuh ini masih diperbolehkan masuk sekedar menginjakkan kaki dipelataran gedung mewah itu? Ingin sekali menyentuh lantainya, ingin pula semalam tidur ditempat yang bersih dan teduh..
Gedung itu sangat indah, dindingnya tertempel keramik bersih dan bercorak bunga-bunga, akankah tongkat ini sampai dipelataran perdu itu?
Menjawab sesuatu dengan melakukannya! Why not?
“+-hnfvwghe” kurang lebih begitulah ungkapan seorang yang pusing dan putus asa dengan rimbunnya semak didepan matanya tak begitu dengannya, dia akan selalu mencoba dan mencoba, melangkah dan teus melangkah pun dicaci dia akan terus melangkah. Sesekali dia melempar senyum termanis pada mereka yang meragukannya, sperti ini senyumnya, J hmm…
Jawaban yang mereka dapati adalah senyuman termanis, tulus dan penuh ikhlas..
Bayangan yang seringkali bergelantungan itu beranjak lenyap, tanpa pamit menghilang pun tanpa ucapan dia sirna. Kemudahan dan kesulitankah yang hendak dicarinya?
Ihidup itu bukan karena tidak bisa, namun karena mau dan tidak mau. Hanya itulah pilihan yang ku berikan kepada ari-ari ini. Tersenyumlah selalu dengan nikmat.


Eks office Jakarta, 22 Februari 2013 21:00

kusimpan saja


do re mi fa so la si  dooor!!!
  si
       la
            sol
Sendiri resapi heningnya malam ini
Tanpamu disini hatiku sunyi
Berharap engkau kembali oh…
Mengisi hari bersama lagi.

Ari lasso perbedaan, syair yg terolah pemikiran seni yang sangat hebat..

Bait bait yang membuat hati ini berderu, menguras hati memuntahkan segala kerinduan kepadanya, jikalau dia, mereka dan kalian mengetahui , aku akan sangat malu terharu dan berakhir risau karena kegundahan dia, mereka dan kalian. Pastilah mulut-mulut manis itu akan berbusa hingga kering terhembus terik bohlam dunia.
Malam ini aku tak sendiri, mala mini aku tak terdiam!
Saya aku dan gue masih bergerak!
Eh kenapa rumput dan embun dikaca itu selalu tersenyum mengiringi rasa rindu ini?
Kusimpan dalam hati saja

Segala perbedaan itu
Membuatmu jauh dariku
Biarlah sang waktu menjaga cintamu
nyalakan api cinta
Membakar ragu yang ada
Ku kan selalu setia hingga saat tiba
Lagi-lagi aku ingin bercerita pada kawan-kawanku ini, kira-kira lucu gak yaaa? Hahaha…
Ada rokok ada api, mereka sangat serasi dimana ada salah satunya pasti diikuti satunya. Hidup mereka itu sangat seti ibarat cinta, sangat mesra ibarat pasangan dan sangat adil bagi kehidupan. Tercipta untuk kesenangan pun kematian. Ironi rasanya,,,
Weather Cloudy now, selalu dengan kaca selalu dengan embun tak selalu dengan petir.
Perpisahan ini hanya tuk sementara, bait demi bait menambah kegundahan jiwa terasa gila dengan kebahagiaan ini, bahagia sudah berada disisimu dan kalian begitu pula mereka. Kapan sekoci ini tertambat? Kapan hujan berhenti memandikan tanah? Hmmm..
perpisahan ini hanya tuk sementara
sabarlah menanti usah gelisah
berharap engkau kembali oh…
mengisi hari bersama lagi

embun selalu berlarian dipagi hari, tersenyumlah..
*Jakarta, 6 Februari 2013, wahyu aji sasongko at port ex office KP3  23:05

kaca-kaca


Kaca-kaca menangis, kaca-kaca menjerit, memekik..
Tanjung priok yang sendu, tertatih mengikuti lajunya kapal, kerasnya klason kendaraan air itu. Menapaki langkah sibuta dari gua hantu dengan seekor kera dipundaknya. Negaraku tanpa kera sudah bisa jalan dengan nyaman. Kera bangsat!!!
Malam ini tak banyak yang bisa kuceritakan kekalian teman-temanku:  masih bersinggungan dengan kegelapan dan derungan kendaraan memutar rodanya, apa yang memutar roda itu ya? Bahan bakar kah? Mesin kah atau orangnya kah? Hmm…
Kehidupan itu harus saling bersinergi, keterkaitan yang nyaman akan menciptakan sebuah anugerah.
What is the meaning “Anugerah”? anugerah itu secuil roti dengan segelas kopi hitam.
Kaca menangis kaca menjerit
                                                                Memekik………….
Kepalaku gatal, punggungku terasa penuh kecoa, mulutku penuh belatung dan otakku terjejali Koran Koran dan buku usang. Apakah aku harus bilang menderita?
When you go? can believe it

#KP3 eks office tanjung priok, 5 Februari 2013  Wahyu Aji Sasongko

nenek renta in my brain


1, 2, 3, 4, 5 ..... dst

Gramedia matraman, hahaha.. asing dan menjadi tak asing bagiku disini. Dengan dua buku ditangan aku sangat senang maam ini,

Sudah lama sekali tak merangkai kata-kata lagi, mala mini ingin ku menulis sebuah cerita kawan. Cerita yang belum lama aku melihatnya.
Bermula dari kebut-kebutan mulai dari jembatan manggarai hingga terminal tanjung priok, haha cerita kebutanya saya skip aja ya teman, hehehehe…
Terminal bak pasar, penuh sesak orang dan pedagang asongan lalu lalang melintang, kendaraan melintas dengan merk masing-masing terpampang. Cahaya lampu berpendar menciptakan beribu bayangan,
mereka pun bertubrukan dan semakin pekat,
berpisah dan memudar
mendekat menjadi satu  dan menjauh menjadi panjang dan bertubrukan kembali menjadi pendek dan kecil, begitulah lampu-lampu itu membentuk warna kehidupan, bak kita berjalan menjadi apa untuk siapa dan kemana?
Dengungan kendaraan, kepulan asap kendaraan dan teriakan-teriakan para makelarseolah terdengar bagai lagu tahun 70an, mendayu-dayu dengan ritme yang tinggi. Apa ini merupakan sebuah ironi, keputusan untuk mengikuti kehidupan namun kenyataannya perlawanan itu sudah tak terbelenggu kenyamanan lagi, bebaslah dan lepas!!!

Ibu-ibu menggendong anaknya, anak-anak memegang rok ibunya dengan erat. Sepasang kekasih bergandengan tangan dengan mesranya dan pemuda bercerita sebuah empati realita seorang nenek digandeng perempuan muda, entah anaknya entah sodaranya, entah majikannya..
Menurutku sekilas usia nenek itu 70 - 80tahun bajunya lusuh tanpa alas kaki, digandengan diantara keramaian terminal priok, Jakarta utara. Jalanya sangat lambat, tertatih seolah ada rasa sakit yang tertahan dimulut dan sendi-sendinya ketika menyusuri kepulan asap malam itu, perempuan muda berperawakan tambun disebelah kanannya menggandeng dengan santai dan seolah perempuan renta bak bocah usia 5 tahun. permpuan tambun itu sodaranya kah atau ibunya kah?
Entahlah, aku tak ambil pusing dengan apa yang kulihat, namun tanda Tanya itu selalu terbang hingga sekarang, nenek itu berselempang selendang kusut dengan buntalan makanankah atau apa aku pun tak bisa menerka, melihat perempuan disebelahnya sangant berbeda. Sangat malang nenek itu, kakinya menapak kecil terumpat rasa sakit dan lelah menapak lantai hitam penuh debu dan kerikil yang keras.
Nenek, dapat uang berapa malam ini? Sudah waktunya pulang, waktu untuk menyerahkan keringatmu untuk majikanmu dan saatnya kamu pulang, sebungkus nasi menunggumu atau kau pulang dan tidur dengan kelaparan. Nenek, semoga rijekimu hari esok banyak dan majikanmu bahagia..
Teman, apakah aku berfikir benar? Apabila salah, akan aku ralat kemudian hari dan apabila aku benar akan kuralat kemudian hari..
Malam ini Jakarta tidak terlalu dingin untuk bercerita, tidak terlalu panas untuk sekedar cuci muka dan tidak terlalu manis untuk dinikmati. Apa yang aku pikirkan adalah cerita, namun tanpa aku coretkan itu hanyalah sebuah angan dan bayangan saja.
Selamat istirahat kawan, semoga kalian tidak merasa nyaman dengan yang sekarang.amin.

*wahyu aji sasongko Jakarta, 3 Februari 2013 Jl. Warakas, Tanjung priok 23:38