KONFLIK RASAP COMBORAN NGALAM

Ilmu komunikasi merupakan ilmu pengetahuan yang tergolong muda. Sekalipun pada sisi yang lain, sejarah perkembangan ilmu komuniaksi sudah tua sejak masa Yunani dan baru dirumuskan dalam era modern sebagai ilmu baru sejak dekade PD II.
Oleh karena itu, sebuah konflik Konflik yang terjadi di pasar comboran malang antara suku madura sebagai pendatang dengan masyarakat pribumi(jawa) sangat tepat sebagai perbandingan, didalam observasi yang saya dapat komunikasi yanag terjadi diantara keduanyya sangat berjalan dengan baik meskipun sering kita jumpai suattu konflik yang terjadi ketika orang jawa menawar suatu barang yang dijual orang madura, disini orang madura yang memiliki watak yang cukup keras berusaha memaksa calon pembeli dengan segala cara dan juga kita pasti tahu bahwa orang madura mempunyai jiwa yang jika kehormatan diusik maka mati taruhnnya, oleh karena itu pembeli biasanya melakukan proses tawar-menawar sebentar saja. Hasilnya adalah Komunikasi yang bersifat adaptif yakni jawa dan madura saling menyesuaikan diri dan akibatnya menghasilkan komunikasi antarpribadi- antarbudaya yang efektif, Bermula dari kesadaran terhadap pentingnya mempelajari budaya orang asing.
Dipasar yang mempunyai luas hampir sebesar matos ini sebuah pengelompokan identitas sosial dapat kita temukan dengan gampang, disini kebanyakan penjual mayoritas masyarakat keturunan madura, komunikasi yang digunakan kebanyakan bahasa madura, misal; ARRAPA KAKE=ADA APA MAS, yang juga dengan diselingi umpatan kotor, mis; KEREK (anjing), NDASMU (kepalamu), JANCOK dan sebagainya hal ini sangatlah wajar mengingat lokasi COMBORAN adalah sarang para maling yang kebanyakan mereka disini menjual hasil jarahannya.
Akan tetapi bila anda sempat berjalan-jalan kepasar loak ini, anda selain mendengarkan bahasa madura anda pasti akan menjumpai juga suatu bahasa dengan pengucapan yang dibalik, suatu misal: MALANG = NGALAM bahasa ini sering disebut bahasa KIWALAN, yang mana bahasa kiwalan ini sendiri sudah menjadi identitas masyarakat malang.
Pengaruh konflik yang terjadi disini sangatlah besar, pada saat saya melakukan observasi dan tanya jawab dengan penjual barang loak, saya mendapatkan suatu hal yang saya anggap ironis sekali, beberapa anak yang masih berumur dibawah 10 tahun dengan jenjang pendidikan SD sudah terbiasa berkomunikasi dengan teman sebaya mereka dengan selingan kata-kata umpatan-umpatan diatas, pribadi ini akibat yang ditimbulkan dari pergaulan dan lingkungan yang mereka tempati.
Masyarakat madura disini masih bisa beradaptasi dengan lingkungan yang ada yaitu lingkungan masyarakat yang mayoritas jawa.
Sampai pada kesimpulan bahwa mempunyai Latar Belakang Kebudayaan yang berbeda-beda tersebut tetap dapat membina Hubungan yang harmonis antara
pedagang yang satu dengan yang lainnya yaitu antara Pembeli, pedagang dengan yang lainnya.



Panenpari@yahoo.co.id

0 komentar:

Post a Comment

penulis ucapkan terima kasih